Minggu, 28 September 2014

Cucok Rumpi on the Weekend



Seminggu berjumlah 7 hari, senin-jumat untuk semua hal yang berbau aktivitas dunia kita. Entah itu kuliah atau kerja. Tetapi ada 2 hari dimana kita bisa merasakan keluar dari rutinitas, yaitu sabtu dan minggu. Meskipun di hari sabtu terkadang ada yang masih memiliki rutinitas juga, tapi gak ada salahnya meluangkan waktu kalian untuk orang-orang terdekat. Waktu sedikit apapun itu sangat berarti buat kita semua, begitu juga waktu yang kita luangkan untuk sahabat kita juga sangat berarti. Alhamdulilah weekend kemarin bisa bertemu dengan sahabat-sahabatku tercinta dan kami bisa menikmati malam minggu bersama.










Bahagia itu simple, yaah cukup dengan makanan ala rumahan, kumpul, ngobrol dan narsis. Jadi moment yang menyenangkan dan membahagiakan:)
"Sudahkah kalian menyedekahkan waktu untuk membahagiakan orang-orang terdekat kalian?"

Rabu, 24 September 2014

Nampar Banget #PLAK



                Okee ditampar orang gimana rasanya? GAK PERNAH. Tapi kalau ditampar orang lewat kata-kata? SERING BANGET!!. Rasanya gimana? Sakiiit, sakitnya dimana?  *udah gak usah nunjukin hati atau jantung km dimana. Saya paaahaam. Jadikan pengalaman itu sebagai guru terbaik, iya kan? Setuju? Kalau setuju berarti sepaham deh sama aku. Kalau enggak, yaudah gakpapa. Mungkin kita gak jodoh, #loh? Buktinya kita beda paham? #abaikan.

                Ditampar? Kamu kenapa ditampar? Kog bisa? Sakit ya? Iyaaa sakit kakak sambil nangis kecil-kecil. Huhuhuhuhu. #LEBAI. Jadi  singkat cerita hari ini saya bertemu dengan seseorang yang bercerita panjang dikali lebar saat sedang nge-Shift. Saya begitu senang sekali ketika saya menemukan pelanggan yang menganggap tempat kerja saya itu sebagai rumahnya. (Tapi jangan sampai aja tidur, makan, mandi di tempat kerja aja. Kena semprot pak manajemen keleeus). Bapak itu biasa basa-basi, kepo gitulah. Sama-sama kepo sebenarnya, lalu bapak itu banyak menjelaskan mengenai sepak terjangnya di dunia pekerjaannya. Bagaimana dia bisa menjadi seseorang yang dicari-dicari tapi please dia bukan teroris atau semacam anggota genk horor. Bapak itu dicari karena Kemampuannya. Keahliannya dibidang advertising dan desain, macem-macem desainnya dari logo, kaos, banner dan lain-lain. Saya gak bisa nulis ulang semua yang diomongin bapaknya yaa. Tapi satu hal yang bikin nampar banget adalah perkataan bapaknya

“Kenapa kita harus jadi karyawan yang notabenenya adalah Pesuruh (Baca:Pesuruh #jangan keras-keras) padahal karyawan itu kerja atas perintah atasan dan gajinya adalah sisa gaji dari atasan. Lalu kenapa tidak kita menjadi Boss? Bisa melakukan pekerjaan sesuai kita sendiri dan bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan”

                Sepertinya perkataan bapak itu nampar banget ke saya, tapi gakpapa lah saya paham dan ngerti banget itu. Ini karyawan juga lagi usaha modal buat jadi boss pak #jawabanSaya. Bapak tersebut masih cerita lagi, tetapi ceritanya ini agak sensitif juga. Beliau bercerita tentang kuliahnya yang bertahun-tahun gak lulus karena kerja pas selama kuliah. Tetapi bapaknya tidak menyesal, karena meskipun begitu dia kerja sambil kuliah yang dicari bukan Ijazah tapi skill dan link. Ijazah katanya bisa dibeli, tapi skill dan link harus dicari. Saya kurang setuju kalau ijazah bisa dibeli dan saya setuju sekali dengan skill dan link yang memang itu juga penting. Bapak itu lagi-lagi menampar saya, Sudaah mbak jangan kelamaan jadi karyawan, mending jadi Boss punya usaha sendiri dan bebas melakukan pekerjaan. *Iyaa pak saya pahaam #muka ketekuk.

                Lalu apa tanggapan saya? Ijazah dibeli? Sekarang mari kita banding membanding. Masuk kuliah dengan biaya perkuliahan yang mahal, lalu bayar spp, praktikum, magang dan lain-lain yaah mungkin kalau dihitung 40 juta ya? Tapi itu belum keitung sama transportasi, jajan, beli buku, fotocopy dan semacamnya. Lalu untuk beli ijazah? Bagi temin2 nih yang baru tau ada jual-beli ijazah bisa baca di link ini

             Nah kalau diliat dari segi finansial mahal jalur reguler yg bener-bener kuliah dibandingkan dengan jalur patas yg 20 juta. Lalu? Itu sih terserah temen-temenya mau jalur patas atau jalur reguler. Memang sih namanya universitas itu tidak mencetak mahasiswa ketrima kerja dengan posisi yang luar biasa, tetapi universitas itu mendidik mahasiswa menjadi karakter yang bagus dan berintelektual. Proses perkuliahan apakah hanya untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan mapan? Jawabanya TIDAK. Selama perkuliahan dan digodok di universitas saya tidak hanya belajar melulu mengenai teori dan teori. Saya diajarkan memiliki kepribadian yang baik, kritis, dibekali skill yang memang skillnya tidak sebanyak yang diajarkan di jenjang D3. Saya diajarkan belajar agama,kewirausahaan dan berbagai ilmu yang aplikatif. Lalu ketika banyak orang menyebutkan ngapain kuliah tinggi-tinggi kalau gak bisa kerja mapan? Naaaahh,, ini beda konteks lagi, kita kuliah niatnya apa gaes? Kalau mau kerja mapan ya kuliah sambil nyambi kerja mungkin pilihan tapi ketika kita niat kuliah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang kita dapatkan selama dibangku kuliah untuk mengabdikan ilmu ke masyarakat sekitar ya beda lagi ceritanya. Sedangkan dengan ijazah yang didapat secara praktis mungkin pintas bisa dengan mudah dapat kerjaan. Tetapi ingat ada sebab ada akibat. Jadi ketika anda memulai ketidakjujuran maka akibatnya pun juga ada. Bolelaah anda mendapat ijazah dengan uang 20 juta, tapi apakah anda yakin menggunakan ijazah tanpa sebuh proses yang dilakukan teman-teman kita yang bekerja keras kuliah kurang lebih 4 tahun untuk mendapatkan gelar ijazah? Apakah yakin dengan ijazah itu membuat anda bahagia, anda mungkin bisa bahagia dengan ijazah tersebut mencapai posisi pekerjaan dengan mudah. Tetapi satu hal yang akan saya tanyakan, apakah anda puas? Anda senang? Dengan hasil keringat ijazah manipulasi yang anda gunakan? Tidak masalah kalau senang sih, tapi saya harap title yang anda sandang tersebut benar-benar bisa membuktikan kemampuan anda dengan sarjana lainnya yang menempuh jalur reguler.

                Skill dan link, bisa dicari saya setuju dengan  itu. Seseorang mendapatkan pekerjaan itu bukan hanya bermodal dengan Ijazah yang mereka dapatkan. Bagaimana kemampuan seseorang dapat menjual di mata perusahaan dibalik angka-angka wow dalam lembaran kertas Ijazah dan Trankrip. Apakah pekerjaan yang dilakukannya bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan perusahaan? Atau jika kita punya skill dan potensi besar tak perlulah jadi karyawan, tapi kita buat lapangan pekerjaan sendiri. Skill pun bisa dicari dan dikembangkan dengan mengikuti kursus, pelatihan dan seminar. Link pun kita juga harus mencari, bagaimana? Perluaslah pertemananmu dengan mengikuti berbagai kegiatan dan event yang bermanfaat tentunya. Disana kamu akan menemukan hal baru, teman baru, ilmu baru dan pengalaman baru. Perluaslah informasimu dengan Membaca, itulah yang akan membuka jendela wawasanmu untuk melek INFORMASI. Dengan informasi kita dapat mengetahui banyak hal, yang tidak tahu apa-apa jadi tahu, yang tahu jadi tambah tahu. *bukan tahu semacam makanan dari kedelai ya pemiirsaaah. Ingat, bahwa universitas dan sekolah hanya salah satu tempat kita mendapatkan ilmu, masih banyak diluar sana tempat kita menuntut ilmu dan mendapatkan pengetahuan. Jangan pernah menganggap PROSES itu tidak penting, sistem dari input-proses dan output itu PENTING !! Proses yang salah satu komponen sistem tersebut merupakan bagian terpenting apakah kalian akan menjadi hasil yang baik atau sebaliknya. 

“ Setiap orang punya perjalanan karirnya masing-masing, banyak jalan menuju kesuksesan. Tetapi pilihan anda, mengisi perjalanan itu dengan hal baik atau sebaliknya. Perjalanan andalah yang menentukan akhir perjalanan itu.”

Senin, 22 September 2014

Purple purple:)


Purple it doesn’t mean Janda. Entah kenapa warna ungu sering disebut janda, bikin orang yang menggunakan warna itu jadi merinding kan. Ungu dibilang janda? Jelek banget gituu. Kalau malaikat lewat didoain gimana? Naudzubillah. Terlepas dari warna yang identik dengan status janda. Warna ungu itu berarti mewah dan glamour. Yaaah warna ungu itu begitu memikat dan sekarang warna ungu jadi primadona wanita karena warnanya yang indah. 

Purple purple:)






Aksen kain ala indonesia juga tidak boleh tertinggal. Salah satunya blazer batik berwarna cerah untuk mengimbangi long dress polos. Agar terkesan sedikit mewah, terutama penggunaan baju untuk ke pesta maka untain rok bawah perlu dirangkai dengan baik:). Hijab yang simple memang dipilih supaya tidak terlalu berlebihan. Sepatu? itu bukan rekomendasi. Sepatu crocs biru dongker, sebenarnya hanya sebagai penyaman saja. Tidak selamanya ke pesta wajib menggunakan high heels atau wedges ya. Demi kenyamanan berjalan dan kesehatan kaki teman-teman bebas memilih sesuai pilihan dan kebutuhannya. 
  



 Satu tips yang pasti, so natural aja. Jangan terlalu berlebihan dalam ber make-up. Why? yang duduk di pelaminan adalah orang yang mengundang kita. Jadi gak mau kan make-up kita mengalahkan sang pengantin yang merupakan si empunya pesta. Hehehhehe. Semua perempuan itu cantik, cuma bedanya apakah kalian bisa menampilkan kecantikan kalian dengan elegan dan classy atau malah berlebihan? Ayo berpesta, ikut bahagia dengan pernikahan teman dan yang pasti mendoakannya. Kita juga perlu doa bagi diri sendiri untuk segera menyusul:)


Sabtu, 20 September 2014

Arah mana yang aku tuju?




Bukankah aku sudah berlayar sejauh ini,,,,
Energiku banyak aku habiskan untuk mendayung sebuah perahu kecil ini
Badai yang menerpa maupun guncangan ombak sudah kulalui
Tetapi..... pulau yang aku temukan, tidak sesuai dengan yang aku inginkan.
Aku kembali mendayung,,,,,
Mendayung penuh harap menemukan pulau yang aku cari
Pulau yang penuh dunia yang aku impikan
Pulau dimana aku bisa melakukan apa yang aku tulis
Pulau dimana yang sesuai imajinasiku
Aku kehilangan ARAH
Dimanakah petunjuk arahku?
Aku berada di tengah lautan, haruskah aku kembali
Haruskan aku mengisi perahu ini dengan air?
Haruskah aku menenggelamkan semua itu bersama perahuku?
Atau ini hanyalah bagian hal yang harus kulalui?
Hal yang lebih berat dibandingkan badai besar maupun goncangan ombak
Akankah aku mampu melihat matahari terbit dan terbenam di daratan?
Akankah aku mampu melabuhkan perahu kecilku ini di daratan?
Akankah aku menemukan pulau yang aku harapkan?

Aku tidak mau mendahului rencana dan jalan tuhan untuk-Ku, Manusia hanya berencana dan Tuhanlah yang mewujudkannya  tetapi izinkanlah aku berusaha menggapai dan mewujudkan mimpiku  .

Rabu, 17 September 2014

Belajar bersyukur yuuk



 
            UNPREDICTABLE, siapa yang bisa menduga apa yang terjadi hari ini? Tidak ada, mungkin detik ini kita tertawa lepas bahagia tetapi 1 jam lagi? 2 jam lagi? Pa kita masih bisa tertawa lepas atau malahan menangis? Hidup itu sebuah perjalanan dan proses, setiap tahapnya bukankah harus disyukuri? Sebuah tulisan dari kisah nyata seorang Wahyu Setiawan, salah satu adek asuh @senyumkita. Yaaah aku memang belum bertemu langsung dengan orangnya, karena aku hanya administrator sekaligus editor. Tulisan wahyu tidak mungkin saya masukkan dalam recycle bin. Aku berharap teman-teman bisa membaca tulisan Wahyu dan mengambil  setiap pelajaran disetiap uraian kisahnya dalam tulisan ini.

***

Wahyu Setiawan
 Sang Atlet yang Tak Kenal Menyerah
 
“ Aku melangkah untuk mencapai apa yang kuinginkan tetapi aku harus berlari lebih kencang ntuk mendapatkannya. Meski kerikil dan jalanan terjal akan menghalangi setiap langkah kakiku. Tapi aku takkan menyerah!!”

            Aku tidak suka orang melihatku sebelah mata. Aku sama seperti kalian tetapi yang membedakanku dengan kalian adalah kedua mataku. Allah telah mengambil fungsi kedua mataku beberapa tahun yang lalu. Sebuah kecelakaan menimpaku saat aku berumur 4 tahun yang menyebabkan mata kiriku kehilangan fungsinya. Aku masih sempat melihat dengan mataku yang sebelah kanan, tetapi Allah punya kehendak lain. Sebuah bola kasti tepat mengenai mata kananku yang menyebabkan penglihatanku kabur. Semenjak itu kedua mataku tidak seperti dulu lagi.
            Apakah dengan kondisiku seperti ini menyebabkan aku patah semangat ? Jawabannya TIDAK. Meskipun aku kehilangan kedua mataku, aku sama sekali tidak akan kehilangan semangatku belajar dan sekolah. Setelah kedua mataku kehilangan fungsinya aku pindah ke sekolah luar biasa (SLB) meskipun keluargaku tidak menyetujui keputusanku. Aku harus tetap terus belajar dan bersekolah apapun yang terjadi. Aku tidak menghiraukan dengan anggapan orang-orang bahwa SLB adalah sekolah yang isinya orang gila. Aku belajar dari awal menyesuaikan diri, belajar menulis Braille dan belajar membaca.
            Kondisiku yang tidak seperti dulu sama sekali tidak menghentikan aktivitasku. Waktu pagiku, aku gunakan untuk sekolah dan siang harinya aku gunakan untuk membantu nenekku untuk mencari pasir. Nenekku adalah seorang pencari pasir di sungai dekat rumah. Aku harus membantunya, demi mencari uang saku. Aku membantu nenekku sekuat tenagaku. Terkadang aku membawa pasir dari sungai dengan keranjang kecil dan karung beras. Sedangkan saat sore menjelang, aku berangkat mengaji, dan malamnya aku gunakan untuk belajar.
            Aku suka berhitung. Matematika adalah pelajaran yang aku sukai diantara pelajaran yang lainnya. Matematika membuatku tenggelam asyik dengan dunia berhitung. Posisi rangking 5 besar selalu aku dapatkan selama bersekolah di bangku sekolah dasar. Aku sangat bersemangat belajar, buktinya dalam waktu seminggu aku sudah bisa menulis dan membaca huruf braille, meskipun membacanya belum begitu lancar. Tapi aku percaya asalkan mau berusaha dan bersungguh – sungguh pasti aku bisa.
            Sebuah kecelakaan menimpaku, Aku  terjatuh ke dalam jurang dengan kedalaman kurang lebih 10 meter. Pipi sebelah atasku dan keningku berlubang juga dadaku mengalami cedera. Sempat aku merasa, bahwa aku sudah tak ada di dunia. Aku pingsan cukup lama dan dilarikan ke rumah sakit kecamatan, tetapi rumah sakit tidak mampu mengatasi lukaku. Akhirnya aku disarankan untuk dibawa ke rumah sakit di kota. Baru disitulah lukaku bisa ditangani dan dioperasi. Selama 2 minggu aku harus dirawat di rumah sakit dan meninggalkan rutinitasku sekolah.
            Setelah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang dari rumah sakit. Aku sangat senang bisa kembali bersekolah lagi. Aku mendapatkan tawaran mengikuti lomba catur dan cipta puisi oleh guruku. Aku belajar dan menekuni hal tersebut. Syukur alhamdulilah ketekunanku belajar membuahkan hasil. Aku mendapat juara 1 catur tingkat kabupaten dan juara 3 baca dan cipta puisi. Meskipun aku kalah dalam perlombaan catur tingkat provinsi, tapi aku tak kenal menyerah aku tetap berlatih dan belajar. Turnamen catur berikutnya di tingkat provinsi aku menyabet juara 1 catur tingkat provinsi dan bisa melanjutkan ke perlombaan catur tingkat nasional.
            Aku mengahabiskan waktu sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di SLB. Setelah kenaikan kelas di bangku SMP aku memutuskan pindah sekolah ke Solo. Aku tinggal di asrama dan tidak tinggal bersam nenek ku seperti aku SD dan SMP. Setelah 2 bulan aku sekolah di Solo aku ditawari mengikuti perlombaan lari tingkat nasional. Latihan demi latihan aku jalani dengan semangat. Tapi kata pelatih lariku aku tidak cocok menjadi pelari, karena katanya lariku seperti bebek. Tapi itu justru yang menjadi cambuk bagiku untuk berlatih lari lebih keras. Aku akan membuktikan bahwa aku pasti bisa. Allah tidak diam melihat usaha hambanya, aku mendapatkan juara 1 lari tingkat nasional.
   Tuhan kembali mengujiku. Aku membutuhkan biaya untuk masuk SMA tetapi tabunganku sudah habis, dipakai oleh keluargaku. Hanya satu barang yang aku punya saat itu, handphone. Aku berniat untuk menjual HPku untuk membayar biaya sekolah. Tetapi temanku melarangnya. Dia menyarankanku untuk mencari beasiswa dulu. Tuhan memang tak pernah diam. Akhirnya ada seseorang yang membantuku. Akhirnya aku sekarang bisa melanjutkan sekolah di salah satu SMA Negeri di Solo. Tuhan tidak pernah menguji manusia di luar kemampuan hambanya. Karena setiap ujian yang di hadapi manusia terselip hikmah di baliknya. Dibalik putihnya warna yang ada di skitar ku, meskipun aku tidak bisa lagi melihat indahnya lautan, tingginya gunung. Tapi dari itu aku belajar memahami hidup, belajar, untuk bersyukur.
            Hanya satu pintaku tuk memandang langit biru dalam dekap Ayah dan ibu, Ibu sudah bahagia di surga dan meninggalkanku saat aku berusia 5 tahun. Aku tak tahu ayahku dimana, Ibuku bilang ayah sudah meninggal tetapi kenyataannya Ayah masih hidup dan tidak mau bertemu denganku. Aku tidak tahu salahku apa dengan ayah, tapi aku rindu dengan ayah. Bagaimana sosok ayahku seperti apakah dia yang sebenarnya, tetapi itu hanya keinginan kecil di lubuk hatiku yang paling dalam. Meskipun begitu aku bahagia dengan keluarga kecilku. Sepeninggalnya ibu, Aku tinggal dengan ayah tiriku dan adik tiriku. Ayah tiriku menikahi kakak ibuku yang sering aku kenal Budhe. Aku senang kini memiliki 2 adik tiri, aku tidak peduli saudara kandung atau tiri karena semua adalah keluarga. Kondisi ekonomi keluargaku memanglah kurang sehingga aku harus berusaha keras mencari uang dengan menjadi atlet.  Meskipun begitu aku akan berusaha keras menggapai impianku, aku tidak mau keterbatasan menghalangiku mencapinya.