Okee
ditampar orang gimana rasanya? GAK PERNAH. Tapi kalau ditampar orang lewat
kata-kata? SERING BANGET!!. Rasanya gimana? Sakiiit, sakitnya dimana? *udah gak usah nunjukin hati atau jantung km
dimana. Saya paaahaam. Jadikan pengalaman itu sebagai guru terbaik, iya kan?
Setuju? Kalau setuju berarti sepaham deh sama aku. Kalau enggak, yaudah
gakpapa. Mungkin kita gak jodoh, #loh? Buktinya kita beda paham? #abaikan.
Ditampar?
Kamu kenapa ditampar? Kog bisa? Sakit ya? Iyaaa sakit kakak sambil nangis
kecil-kecil. Huhuhuhuhu. #LEBAI. Jadi
singkat cerita hari ini saya bertemu dengan seseorang yang bercerita
panjang dikali lebar saat sedang nge-Shift. Saya begitu senang sekali ketika
saya menemukan pelanggan yang menganggap tempat kerja saya itu sebagai
rumahnya. (Tapi jangan sampai aja tidur, makan, mandi di tempat kerja aja. Kena
semprot pak manajemen keleeus). Bapak itu biasa basa-basi, kepo gitulah.
Sama-sama kepo sebenarnya, lalu bapak itu banyak menjelaskan mengenai sepak
terjangnya di dunia pekerjaannya. Bagaimana dia bisa menjadi seseorang yang
dicari-dicari tapi please dia bukan
teroris atau semacam anggota genk horor. Bapak itu dicari karena Kemampuannya. Keahliannya
dibidang advertising dan desain, macem-macem desainnya dari logo, kaos, banner
dan lain-lain. Saya gak bisa nulis ulang semua yang diomongin bapaknya yaa.
Tapi satu hal yang bikin nampar banget adalah perkataan bapaknya
“Kenapa kita harus jadi karyawan yang notabenenya adalah Pesuruh
(Baca:Pesuruh #jangan keras-keras) padahal karyawan itu kerja atas perintah
atasan dan gajinya adalah sisa gaji dari atasan. Lalu kenapa tidak kita menjadi
Boss? Bisa melakukan pekerjaan sesuai kita sendiri dan bahkan bisa membuka
lapangan pekerjaan”
Sepertinya
perkataan bapak itu nampar banget ke saya, tapi gakpapa lah saya paham dan
ngerti banget itu. Ini karyawan juga lagi usaha modal buat jadi boss pak
#jawabanSaya. Bapak tersebut masih cerita lagi, tetapi ceritanya ini agak
sensitif juga. Beliau bercerita tentang kuliahnya yang bertahun-tahun gak lulus
karena kerja pas selama kuliah. Tetapi bapaknya tidak menyesal, karena meskipun
begitu dia kerja sambil kuliah yang dicari bukan Ijazah tapi skill dan link. Ijazah katanya bisa dibeli, tapi skill dan
link harus dicari. Saya kurang setuju kalau ijazah bisa dibeli dan saya
setuju sekali dengan skill dan link yang memang itu juga penting. Bapak itu
lagi-lagi menampar saya, Sudaah mbak jangan kelamaan jadi karyawan, mending
jadi Boss punya usaha sendiri dan bebas melakukan pekerjaan. *Iyaa pak saya
pahaam #muka ketekuk.
Lalu
apa tanggapan saya? Ijazah dibeli? Sekarang mari kita banding membanding. Masuk
kuliah dengan biaya perkuliahan yang mahal, lalu bayar spp, praktikum, magang
dan lain-lain yaah mungkin kalau dihitung 40 juta ya? Tapi itu belum keitung
sama transportasi, jajan, beli buku, fotocopy dan semacamnya. Lalu untuk beli
ijazah? Bagi temin2 nih yang baru tau ada jual-beli ijazah bisa baca di link
ini
Nah kalau diliat dari segi
finansial mahal jalur reguler yg bener-bener kuliah dibandingkan dengan jalur
patas yg 20 juta. Lalu? Itu sih terserah temen-temenya mau jalur patas atau
jalur reguler. Memang sih namanya universitas itu tidak mencetak mahasiswa
ketrima kerja dengan posisi yang luar biasa, tetapi universitas itu mendidik
mahasiswa menjadi karakter yang bagus dan berintelektual. Proses perkuliahan
apakah hanya untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan mapan? Jawabanya TIDAK.
Selama perkuliahan dan digodok di universitas saya tidak hanya belajar melulu
mengenai teori dan teori. Saya diajarkan memiliki kepribadian yang baik,
kritis, dibekali skill yang memang skillnya tidak sebanyak yang diajarkan di
jenjang D3. Saya diajarkan belajar agama,kewirausahaan dan berbagai ilmu yang
aplikatif. Lalu ketika banyak orang menyebutkan ngapain kuliah tinggi-tinggi
kalau gak bisa kerja mapan? Naaaahh,, ini beda konteks lagi, kita kuliah
niatnya apa gaes? Kalau mau kerja mapan ya kuliah sambil nyambi kerja mungkin
pilihan tapi ketika kita niat kuliah untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu
yang kita dapatkan selama dibangku kuliah untuk mengabdikan ilmu ke masyarakat
sekitar ya beda lagi ceritanya. Sedangkan dengan ijazah yang didapat secara
praktis mungkin pintas bisa dengan mudah dapat kerjaan. Tetapi ingat ada sebab
ada akibat. Jadi ketika anda memulai ketidakjujuran maka akibatnya pun juga
ada. Bolelaah anda mendapat ijazah dengan uang 20 juta, tapi apakah anda yakin
menggunakan ijazah tanpa sebuh proses yang dilakukan teman-teman kita yang
bekerja keras kuliah kurang lebih 4 tahun untuk mendapatkan gelar ijazah?
Apakah yakin dengan ijazah itu membuat anda bahagia, anda mungkin bisa bahagia
dengan ijazah tersebut mencapai posisi pekerjaan dengan mudah. Tetapi satu hal
yang akan saya tanyakan, apakah anda puas? Anda senang? Dengan hasil keringat
ijazah manipulasi yang anda gunakan? Tidak masalah kalau senang sih, tapi saya
harap title yang anda sandang tersebut benar-benar bisa membuktikan kemampuan
anda dengan sarjana lainnya yang menempuh jalur reguler.
Skill
dan link, bisa dicari saya setuju dengan itu.
Seseorang mendapatkan pekerjaan itu bukan hanya bermodal dengan Ijazah yang
mereka dapatkan. Bagaimana kemampuan seseorang dapat menjual di mata perusahaan
dibalik angka-angka wow dalam lembaran kertas Ijazah dan Trankrip. Apakah
pekerjaan yang dilakukannya bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan perusahaan? Atau
jika kita punya skill dan potensi besar tak perlulah jadi karyawan, tapi kita
buat lapangan pekerjaan sendiri. Skill pun bisa dicari dan dikembangkan dengan
mengikuti kursus, pelatihan dan seminar. Link pun kita juga harus mencari,
bagaimana? Perluaslah pertemananmu dengan mengikuti berbagai kegiatan dan event
yang bermanfaat tentunya. Disana kamu akan menemukan hal baru, teman baru, ilmu
baru dan pengalaman baru. Perluaslah informasimu dengan Membaca, itulah yang akan membuka jendela wawasanmu untuk melek
INFORMASI. Dengan informasi kita dapat mengetahui banyak hal, yang tidak tahu
apa-apa jadi tahu, yang tahu jadi tambah tahu. *bukan tahu semacam makanan dari
kedelai ya pemiirsaaah. Ingat, bahwa universitas dan sekolah hanya salah satu
tempat kita mendapatkan ilmu, masih banyak diluar sana tempat kita menuntut
ilmu dan mendapatkan pengetahuan. Jangan pernah menganggap PROSES itu tidak
penting, sistem dari input-proses dan output itu PENTING !! Proses yang salah
satu komponen sistem tersebut merupakan bagian terpenting apakah kalian akan
menjadi hasil yang baik atau sebaliknya.
“ Setiap orang punya perjalanan karirnya masing-masing, banyak jalan
menuju kesuksesan. Tetapi pilihan anda, mengisi perjalanan itu dengan hal baik
atau sebaliknya. Perjalanan andalah yang menentukan akhir perjalanan itu.”