Kamis, 17 Agustus 2017

Belajar untuk meluruskan niat





Prolog : Berawal dari blog ini aku meniatkan diri untuk berlatih menulis dan jadi media untuk membangun pondasi kualitas tulisanku dari komentar para reader. Meskipun aku pernah berpikiran blog ini nantinya akan beresiko di stalker banyak orang bahkan yang paling aku takuti adalah aku terlalu membuka diri dan beresiko sombong/tukang pamer (Naudzubillah). Kembali lagi aku meluruskan niat untuk menulis konten untuk menambah referensi pembaca dan  cerita pengalamanku yang bisa dijadikan pembelajaran Bersama.

***
Malam ini aku membuka handphone sekedar mengecek Whatsapp, barangkali ada yang penting dan sekedar iseng saja. Salah satu sahabatku mengirim sebuah pesan tentang kegalaunnya. Singkat cerita kegalauannya dikarenakan masalah “pekerjaan”. Sudah cukup lama memang dia menunggu panggilan penempatan pekerjaan. Beberapa bulan lalu dia sudah dinyatakan keterima di pekerjaan X tetapi harus menunggu waktu untuk panggilan penempatan. Hari demi hari dia lalui penuh dengan rasa bimbang karena nasibnya merasa tergantungkan dengan ketidakpastian. Aku paham bagaimana rasanya tidak menyenangkannya menunggu hal seperti itu. Apabila mencari pekerjaan lainnya nanti terikat kontrak padahal panggilan penempatan bisa sewaktu-waktu tidak terduga. Akhirnya dia menolak untuk menerima beberapa tawaran pekerjaan untuk terus fokus menunggu panggilan pekerjaan X.
Dia cerita banyak tentang apa yang dia rasakan selama penantian. Bagi aku yang merupakan sahabatnya ikut sedih, tetapi apalah arti curhat tanpa solusi dari sahabat. Aku teringat tentang beberapa waktu lalu mengenai jawaban pertanyaanku setelah pengumuman penerimaannya. Pekerjaannya memang jauh dari orang tua, ditempatkan di daerah terpencil dan pedalaman. Disana dia harus bekerja mengabdi untuk masyarakat disana dalam waktu kurang lebih dua tahun.
“Sudah yakin dengan pilihanmu untuk mengambil pekerjaan ini sahabatku?
Dia menjawab dengan mantap “YAKIN” lalu bercerita bagaimana meyakinkan orangtuanya, keluarganya dan sahabatnya tentang pilihan tersebut. Berat memang meninggalkan semuanya tapi aku mau kerja kesana. Spontan dia bercerita tentang alasan pribadi  dia pergi kerja jauh.
Baiklah memang kalau sudah pilihan, tapi harus komitmen yaa dengan pilihan yang kau ambil sahabatku, tuturku.
Sampai sejauh ini belum ada pengumuman apapun. Teman yang lain satu persatu mulai dapat penggilan. Perasaannya mulai kacau dan tambah bimbang. Dia meminta doaku untuknya.
“kamu harus banyak berdoa  dan sabar ya”, tuturku lagi padanya.
Dia mengiyakan, pikirannya sedang berkecamuk binggung.
“Selain itu kamu harus perbaiki niat dehh.....”
“Kata-katamu simple tapi makjleb bangeeeeet “, jawabnya
“Maaf ya, aku Cuma kasih saran aja yang namanya niat baik itu inshaallah diridoi Allah. Kemudahan dan kelancaran itu bermula dari niat yang baik. “
Chatku hanya dibaca dia, lalu beberapa saat kemudian dia menjawab “semua kata-katamu emang bener dan aku gak bisa berkata-kata”

Disini sebagai sahabat kita tidak perlu menggurui atau memarahi dia seakan kita yang paling benar, tetapi kita sahabat yang saling mengingatkan dan memberi saran yang baik. Terkait niat yang baik sudah dijelaskan untuk kita umat muslim. Tercantum pada surat Al-Baqarah ayat 225 dengan arti
“Allah Tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi dia menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu. Allah Maha pengampun, Maha Penyantun.”(QS: Al-Baqarah ayat 225)
Apapun itu yang kalian kerjakan jangan lupa disertai niat yang baik. Allah selalu tahu isi hatimu meskipun aku tida tahu pasti. Selamat berbuat kebaikan 😊



Tidak ada komentar:

Posting Komentar