Prolog
: Berawal dari blog ini aku meniatkan diri untuk berlatih menulis dan jadi
media untuk membangun pondasi kualitas tulisanku dari komentar para reader.
Meskipun aku pernah berpikiran blog ini nantinya akan beresiko di stalker
banyak orang bahkan yang paling aku takuti adalah aku terlalu membuka diri dan
beresiko sombong/tukang pamer (Naudzubillah). Kembali lagi aku meluruskan niat
untuk menulis konten untuk menambah referensi pembaca dan
cerita pengalamanku yang bisa dijadikan pembelajaran Bersama.
***
Malam ini aku membuka handphone sekedar
mengecek Whatsapp, barangkali ada yang penting dan sekedar iseng saja. Salah satu
sahabatku mengirim sebuah pesan tentang kegalaunnya. Singkat cerita
kegalauannya dikarenakan masalah “pekerjaan”. Sudah cukup lama memang dia
menunggu panggilan penempatan pekerjaan. Beberapa bulan lalu dia sudah
dinyatakan keterima di pekerjaan X tetapi harus menunggu waktu untuk panggilan
penempatan. Hari demi hari dia lalui penuh dengan rasa bimbang karena nasibnya
merasa tergantungkan dengan ketidakpastian. Aku paham bagaimana rasanya tidak
menyenangkannya menunggu hal seperti itu. Apabila mencari pekerjaan lainnya
nanti terikat kontrak padahal panggilan penempatan bisa sewaktu-waktu tidak
terduga. Akhirnya dia menolak untuk menerima beberapa tawaran pekerjaan untuk
terus fokus menunggu panggilan pekerjaan X.
Dia cerita banyak tentang apa yang dia rasakan
selama penantian. Bagi aku yang merupakan sahabatnya ikut sedih, tetapi apalah
arti curhat tanpa solusi dari sahabat. Aku teringat tentang beberapa waktu lalu
mengenai jawaban pertanyaanku setelah pengumuman penerimaannya. Pekerjaannya
memang jauh dari orang tua, ditempatkan di daerah terpencil dan pedalaman.
Disana dia harus bekerja mengabdi untuk masyarakat disana dalam waktu kurang
lebih dua tahun.
“Sudah yakin dengan pilihanmu untuk mengambil
pekerjaan ini sahabatku?
Dia menjawab dengan mantap “YAKIN” lalu
bercerita bagaimana meyakinkan orangtuanya, keluarganya dan sahabatnya tentang
pilihan tersebut. Berat memang meninggalkan semuanya tapi aku mau kerja kesana.
Spontan dia bercerita tentang alasan pribadi dia pergi kerja jauh.
Baiklah memang kalau sudah pilihan, tapi harus
komitmen yaa dengan pilihan yang kau ambil sahabatku, tuturku.
Sampai sejauh ini belum ada pengumuman apapun.
Teman yang lain satu persatu mulai dapat penggilan. Perasaannya mulai kacau dan
tambah bimbang. Dia meminta doaku untuknya.
“kamu harus banyak berdoa dan sabar ya”, tuturku lagi padanya.
Dia mengiyakan, pikirannya sedang berkecamuk
binggung.
“Selain itu kamu harus perbaiki niat dehh.....”
“Kata-katamu simple tapi makjleb bangeeeeet “,
jawabnya
“Maaf ya, aku Cuma kasih saran
aja yang namanya niat baik itu
inshaallah diridoi Allah. Kemudahan dan kelancaran itu bermula dari niat yang
baik. “
Chatku hanya dibaca dia, lalu
beberapa saat kemudian dia menjawab “semua kata-katamu emang bener dan aku gak
bisa berkata-kata”
Disini sebagai sahabat kita tidak perlu
menggurui atau memarahi dia seakan kita yang paling benar, tetapi kita sahabat
yang saling mengingatkan dan memberi saran yang baik. Terkait niat yang baik
sudah dijelaskan untuk kita umat muslim. Tercantum pada surat Al-Baqarah ayat
225 dengan arti
“Allah
Tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja, tetapi dia
menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu. Allah Maha pengampun,
Maha Penyantun.”(QS: Al-Baqarah ayat 225)
Apapun itu yang kalian kerjakan jangan lupa
disertai niat yang baik. Allah selalu tahu isi hatimu meskipun aku tida tahu
pasti. Selamat berbuat kebaikan 😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar